Pasar Kripto Waspada, Bitcoin Bertahan, Altseason Mulai Terlihat

Jumat 01-08-2025,18:37 WIB
Reporter : Rio Winto
Editor : Rio Winto

JAKARTA, Weradio.co.id - Harga Bitcoin alias BTC masih bergerak konsolidatif setelah keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25%–4,50% pada Rabu, 30 Juli 2025.

Keputusan ini merupakan yang kelima kalinya secara berturut-turut, walaupun mendapat tekanan dari Presiden Donald Trump untuk menurunkan suku bunga.

Ketua The Fed, Jerome Powell, menegaskan bank sentral masih bersikap hati-hati terhadap penyesuaian suku bunga tambahan karena adanya ketidakpastian ekonomi, terutama dampak tarif impor yang diberlakukan oleh pemerintahan Donald Trump.

Jerome Powell menyebut kondisi saat ini sebagai awal dari inflasi tarif dan menambahkan bahwa data ekonomi ke depan akan menjadi penentu arah kebijakan moneter selanjutnya.

BACA JUGA:Porprov dan Popprov 2025, Membangun Asa Para Pejuang Muda Jakarta

“Pasar finansial merespons pengumuman tersebut dengan kenaikan tipis. Indeks Dow Jones naik 0,06%, sementara Nasdaq menguat 0,5%. Imbal hasil obligasi Treasury 10 tahun juga meningkat menjadi 4%, dan indeks dolar AS mencapai 99,4,” jelas Jerome Powell dalam keterangan resmi yang dibaca Weradio.co.id, Jumat, 1 Agustus 2025.

Sementara itu, harga Bitcoin sempat terkoreksi ke level US$ 117.500 atau sekitar Rp 1,93 miliar dengan kurs dolar AS Rp 16.463 setelah pidato Jerome Powell yang bernada hawkish, namun kembali pulih ke kisaran US$ 118.000 atau setara Rp 1,94 miliar.

Menurut data CME FedWatch, koreksi ini dipicu oleh menurunnya ekspektasi pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat, di mana peluang penurunan suku bunga pada bulan September mendatang, turun dari 63,7% menjadi 47,1%.

Menurut Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, keputusan The Fed ini menambah ketidakpastian di pasar kripto, namun tidak serta-merta mengubah tren jangka menengah Bitcoin.

BACA JUGA:Bocoran Kisah Baru di Trailer Zootopia 2, Sudah 9 Tahun Berlalu!

"Bitcoin masih berada dalam tren naik secara struktur makro. Koreksi ke bawah US$ 118.000 merupakan bagian dari koreksi harga yang disebabkan lesunya investor dan trader untuk masuk ke pasar, dan saat ini kita mulai melihat potensi awal bahwa BTC tetap kuat, walaupun situasi makro ekonomi belum sepenuhnya membaik," ujar Fyqieh Fachrur.

Fyqieh Fachrur menambahkan, jika BTC mampu bertahan di atas support penting US$ 115.780 atau sekitar Rp 1,9 miliar, maka potensi rebound ke area rekor harga tingginya US$ 126.000 - US$ 130.000 atau setara (Rp 2 miliar - Rp 2,1 miliar) c.

"Namun bila support tersebut jebol, harga bisa turun lebih jauh ke US$ 113.800. Meski begitu, ini masih dalam konteks koreksi sehat," jelas Fyqieh Fachrur.

 

 

Kategori :