LONDON, Weradio.co.id - Pertemuan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump adalah pertemuan puncak bilateral yang ingin dihadiri oleh setiap pemimpin Eropa.
Pertemuan di Alaska untuk membahas cara mengakhiri perang di Ukraina.
Konsesi teritorial kemungkinan akan dibahas, dan Eropa (terutama Ukraina) tidak ingin perbatasannya diubah dengan paksa.
Namun, saat ini, tidak ada undangan bagi negara yang diserbu, maupun benua tempat Ukraina berada.
BACA JUGA:Benjamin Sesko Ancam Pesaing di Liga Inggris akan Bawa MU Terbang Tinggi lagi
"Bersiaplah untuk beberapa tuntutan Rusia yang cukup keterlaluan," Lord Simon McDonald, mantan kepala Kementerian Luar Negeri Inggris, memperingatkan seperti dikutip Weradio dari BBC Selasa 12 Agustus 2025.
"Ini akan dramatis," tambahnya. "Putin akan meminta hal-hal yang tidak akan diakui siapa pun - kecuali mungkin Donald Trump."
Trump mengatakan dia akan mencoba mendapatkan kembali wilayah Ukraina dalam pembicaraan dengan Putin.
Presiden Zelensky mengatakan dia tidak akan setuju untuk menyerahkan wilayah apa pun, atau bahkan membekukan konflik di sepanjang garis depan saat ini.
BACA JUGA:Stok Cukup, Menteri Bahlil Pastikan Indonesia Tidak Impor LNG
Sulit Mencegah Perang
Argumennya adalah bahwa hal itu tidak akan memperlambat mesin perang Rusia yang telah melancarkan perang skala penuh selama lebih dari tiga setengah tahun. Konsesi, klaimnya, hanya akan mempercepatnya.
"Jelas Putin ingin berfoto dengan orang-orang paling berpengaruh di Bumi, yaitu Presiden Trump, dan dia ingin sanksi ditunda, yang kemungkinan besar akan dia dapatkan," kata kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Kaja Kallas.
"Pertanyaannya adalah, apa arti kesuksesan bagi AS dalam pertemuan ini?" tanyanya. "Jika Presiden Zelensky hadir, itu akan menjadi kesuksesan yang nyata."
Tetapi jika pemimpin Ukraina tidak hadir di meja perundingan Alaska, bagaimana proposal Kremlin dapat ditentang?