Mengenal Fenomena Job Hugging yang Timbul Akibat Kencangnya Badai PHK

Minggu 14-09-2025,18:00 WIB
Reporter : Defri Saefullah
Editor : Defri Saefullah

"Jika perusahaan tidak menciptakan momentum internal, karyawan akan stagnan dan itu merugikan kinerja, moral, dan retensi ketika pasar kembali memanas," kata Ariken kepada HR Executive.

BACA JUGA:Saat Murid SD di Solok Menikmati Makan Bergizi Gratis dengan Lahap

Memeluk pekerjaan mengungkapkan sesuatu yang lebih mendalam tentang tenaga kerja saat ini: pergeseran dari pengambil risiko menjadi penghindaran risiko. Dahulu, para profesional berganti pekerjaan setiap beberapa tahun untuk mengejar pertumbuhan, gairah, atau tujuan. Sekarang, banyak yang menganggap bertahan di tempat sebagai pilihan yang lebih aman, meskipun itu berarti menyerah pada tujuan mereka.

Tetapi biaya bermain aman bertambah. Inovasi melambat. Keterlibatan memudar. Budaya perusahaan menjadi berhati-hati dan lelah. Bisnis yang dulunya gesit dan berwawasan ke depan berisiko menjadi stagnan, yang oleh beberapa ahli disebut sebagai "museum mediokritas".

Perusahaan yang ingin memutus siklus ini perlu memikirkan kembali cara mereka mendukung tim. Ini bukan hanya tentang menawarkan keamanan kerja. Ini tentang menawarkan alasan untuk bertahan. Peluang untuk berkembang, pekerjaan yang bermakna, mobilitas internal, inilah penawar dari job hugging. Jika orang merasa mereka dapat berkembang di tempat mereka berada, mereka tidak akan merasa perlu untuk bergantung karena takut.

Di masa ketika bertahan hidup terasa sudah cukup, peluang sesungguhnya terletak pada membantu karyawan berkembang. Karena meskipun job huging mungkin tampak tidak berbahaya, hal itu diam-diam dapat menghambat perusahaan Anda, dan karyawan Anda.

Kategori :