SVD Tegaskan Peran Komunikasi dan Bahasa sebagai Jembatan Perdamaian Dunia
Serikat Sabda Allah atau Societas Verbi Divini (SVD) menegaskan pentingnya komunikasi dan penguasaan bahasa sebagai sarana membangun dialog dan perdamaian dunia.-Weradio.co.id-SVD
JAKARTA, Weradio.co.id - Serikat Sabda Allah atau Societas Verbi Divini (SVD) menegaskan pentingnya komunikasi dan penguasaan bahasa sebagai sarana membangun dialog dan perdamaian dunia.
Komitmen tersebut ditegaskan dalam seminar internasional bertajuk Bridges of Peace: Communication and Interfaith Dialogue yang digelar di Roma, Italia, Kamis, 11 Desember 2025.
SVD merupakan salah satu kongregasi imam dan bruder terbesar dalam Gereja Katolik yang berkarya di lebih dari 79 negara. Dalam menjalankan karya misi dan kerasulan, setiap anggota SVD dituntut menguasai setidaknya satu bahasa utama, yakni Inggris atau Spanyol, serta bahasa negara tempat mereka berkarya.
Bahasa Spanyol menjadi bahasa resmi di sejumlah negara tujuan misi SVD, antara lain Spanyol, Argentina, Brasil, Bolivia, Nikaragua, Kosta Rika, Panama, Cile, Kolombia, Kuba, Ekuador, Meksiko, dan Paraguay. Penguasaan bahasa dinilai penting untuk memperlancar komunikasi lintas budaya sekaligus mencegah kesalahpahaman dalam pelayanan.
BACA JUGA:Peristiwa Bersejarah, Indonesia Tampil Perdana di Pameran 100 Gua Natal di Vatikan
Salah satu contoh anggota SVD yang menguasai banyak bahasa adalah Mgr Paulus Budi Kleden SVD. Sebelum menjabat sebagai Uskup Agung Ende, dia pernah menjabat sebagai Superior Jenderal SVD.
Dalam menjalankan tugasnya mengunjungi berbagai wilayah misi, Mgr Budi Kleden menguasai sejumlah bahasa asing, di antaranya Inggris, Spanyol, Jerman, Portugis, dan Italia, selain bahasa Indonesia.
Bagi SVD, komunikasi berakar pada iman Kristiani yang bersumber dari misteri inkarnasi, ketika Sang Sabda menjadi manusia. Dari pemahaman tersebut, komunikasi, termasuk Bahasa, dipandang sebagai jembatan perdamaian antarindividu dan antarbangsa.
Dengan pengalaman lebih dari 150 tahun, SVD membagikan refleksi tersebut melalui seminar yang diselenggarakan Kantor Koordinator Komunikasi Generalat SVD dalam rangka peringatan 60 tahun Dokumen Nostra Aetate.
BACA JUGA:Ini Alasan Umat Katolik Diajak Terlibat Aktif dalam Politik dan Kebangsaan
Dokumen Konsili Vatikan II yang diterbitkan pada 1965 ini menandai perubahan mendasar dalam hubungan Gereja Katolik dengan agama-agama non-Kristen.
Dalam diskusi tersebut, para pembicara menyoroti enam dekade setelah Nostra Aetate, dunia masih dihadapkan pada konflik, prasangka, dan polarisasi yang sering dipicu oleh misinformasi.
Seminar menghadirkan Rm Markus Solo Kewuta SVD dan Rm Bonaventura Mwenda dari Dikasteri Dialog Antaragama Vatikan, serta Sr Nina Benedikta Crapic FMA dari Dikasteri Komunikasi Vatikan.
Para pembicara sepakat komunikasi tidak sekadar alat teknis, melainkan sebuah “panggilan perjumpaan” (vocation of encounter). Dalam konteks transformasi digital, komunikasi dipandang sebagai jalan menuju kepercayaan, rekonsiliasi, dan perdamaian.