SAIL dan CfDS UGM Diskusikan Tantangan GenAI

SAIL dan CfDS UGM Diskusikan Tantangan GenAI

Demokratisasi AI membuka berbagai peluang baru sekaligus membawa resiko serius. -weradio.co.id-IRIS

YOGYAKARTA, Weradio.co.id  – Terbukanya akses terhadap teknologi Generative Artificial Intelligence (GenAI) menandai masuknya manusia ke babak baru. Demokratisasi AI membuka berbagai peluang baru sekaligus membawa resiko serius.

Riset yang dilakukan oleh Safer Internet Lab (SAIL) menunjukkan bahwa teknologi AI berpotensi memperbesar penyebaran misinformasi yang mengancam demokrasi, mendorong penipuan daring yang merugikan ekonomi digital, bahkan memengaruhi geopolitik melalui praktik Foreign Information Manipulation and Intervention (FIMI) di kawasan Asia-Pasifik.

Sejalan dengan itu, penelitian dari Center for Digital Society (CfDS) juga menyoroti hal serupa mengenai risiko penggunaan AI dalam Pemilu 2024.

Beragam risiko yang dapat ditimbulkan teknologi AI perlu direspons dengan tanggap, baik dari sisi pembuat kebijakan melalui regulasi ketat, sisi perusahaan melalui pendekatan yang humanis, sisi masyarakat melalui pendidikan dan literasi digital, hingga kolaborasi antara ketiganya.

BACA JUGA:Saling Sikut Masih Terjadi di Puncak Ciputra Golfpreneur Tournament 2025, Killen Memimpin

Menjawab tantangan tersebut, Centre for Strategic and International Studies (CSIS) melalui Safer Internet Lab (SAIL) bersama Center for Digital Society (CfDS) menyelenggarakan Information Resilience and Integrity Symposium (IRIS), sebuah forum akademik dan kebijakan internasional yang digelar pada 21 Agustus 2025 di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (FISIPOL UGM).

Simposium ini dirancang untuk membahas bagaimana kawasan Asia-Pasifik dapat bersama menghadapi gelombang inovasi teknologi sekaligus menjaga integritas dan ketahanan ruang digital.

Acara IRIS 2025 ini dibuka oleh Prof. Wening Udasmoro, Wakil Rektor Universitas Gadjah Mada, dengan menekankan peran akademisi dalam menjembatani kebijakan, penelitian, dan pemahaman publik terkait GenAI.

Diskusi kemudian dilanjutkan oleh Dr. Yose Rizal Damuri, Direktur Eksekutif CSIS, yang memaparkan peluang sekaligus risiko GenAI di kawasan Asia-Pasifik.

BACA JUGA:Persija Jakarta Ambisi Lanjutkan Tren Kemenangan Clean Sheet di BRI Super League

Menyusul hal tersebut, Meutya Viada Hafid, Menteri Komunikasi dan Urusan Digital (Komdigi) Indonesia, menyampaikan pidato kunci mengenai kesiapan kebijakan Indonesia dalam menghadapi tantangan GenAI.

Selanjutnya, acara dilanjutkan dengan kuliah umum oleh Prof. Ang Peng Hwa dari Nanyang Technological University, Singapura, yang mengulas potensi kerja sama regional dalam memperkuat resiliensi informasi.

Sesi berikutnya adalah strategic dialogue yang menghadirkan Wijaya Kusumawardhana, Staf Ahli Menteri Bidang Sosial, Ekonomi, dan Budaya, Komdigi, Dr. Maria Monica Wihardja, Visiting Fellow dan Co-Coordinator Media, Technology and Society Programme, ISEAS–Yusof Ishak Institute, serta Prof. Dr. Poppy Sulistyaning Winanti sebagai moderator.

Dalam pidatonya, Dr. Yose Rizal Damuri menekankan bahwa risiko dari teknologi AI mencakup penipuan finansial, manipulasi informasi asing, hingga ancaman terhadap privasi dan integritas demokrasi. Untuk menjawab tantangan ini, CSIS melalui SAIL, menyelenggarakan IRIS, sebuah platform lintas sektor yang menjembatani kajian akademis dengan kebijakan untuk mendukung rekomendasi berbasis data.