62 Hari Bencana Erik Ten Hag di Leverkusen Berakhir dengan Pemecatan

Hanya memimpin di tiga pertandingan, Erik Ten Hag kehilangan kursi kepelatihannya di Bayer Leverkusen karena dia dipecat oleh klub Bundesliga Jerman itu. --Dok Thesun.co.uk
JAKARTA, Weradio.co.id - Erik Ten Hag dipecat oleh Bayer Leverkusen setelah hanya 62 hari memimpin klub Bundesliga Jerman tersebut.
Mantan pelatih Manchester United yang berusia 55 tahun itu terpaksa angkat koper dari Leverkusen setelah gagal memenangi satu pertandingan liga pun saat menangani tim papan atas Bundesliga Jerman tersebut - meskipun dia hanya berhasil melatih dua pertandingan di antaranya.
Ten Hag dikontrak dua tahun pada bulan Mei setelah dianggap sebagai penerus sempurna bagi Xabi Alonso yang pindah ke Real Madrid.
Namun, setelah awal musim yang kurang memuaskan, pimpinan Leverkusen Simon Rolfes memutuskan untuk secara brutal mengakhiri kontrak Ten Hag.
Leverkusen mengalahkan tim divisi empat SG Sonnenhof Grossaspach 4-0 di DFB Pokal bulan lalu, namun kemudian kalah 1-2 di kandang sendiri dari Hoffenheim dalam pertandingan pembuka Bundesliga 2025-2026.
Hasil imbang 3-3 dengan sepuluh pemain Werder Bremen pada Sabtu lalu memastikan nasib Ten Hag.
Masa kepemimpinan Ten Hag di Leverkusen dimulai dengan menyedihkan pada bulan Juli, ketika pelatih asal Belanda tersebut membawa timnya ke Brasil untuk menjalani kamp pelatihan pramusim.
Mereka menghadapi Flamengo U-20, sementara tim utama klub Brasil tersebut sedang sibuk di Piala Dunia Antarklub.
BACA JUGA:Presiden Prabowo Sebut Perusuh Sudah Susupi Aksi Unjuk Rasa untuk Rusak dan Bakar Fasilitas Publik
Pertandingan yang tampak mudah di masa kejayaan Ten Hag berakhir dengan bencana ketika tim Hitam Merah dibantai 1-5 oleh anak-anak muda Samba.
Leverkusen menurunkan pemain-pemain seperti Granit Xhaka, Alex Grimaldo, dan Patrick Schick, serta pemain baru Mark Flekken, tetapi tetap saja kalah telak dari tuan rumah.
Seperti dikutip Weradio.co.id dari Thesun.co.uk, setelah tur 10 hari timnya di Amerika Selatan, Ten Hag mengatakan, "Saya bisa mendapatkan gambaran detail tentang para pemain dan kualitas mereka."
"Masa-masa intens seperti di sini sangat membantu, juga untuk mengenal para pemain dan kepribadian mereka lebih baik. Tim melakukan apa yang diminta dari mereka. Itu sangat sulit dan intens," ujarnya.