Cara Generasi Muda Memaknai Kebudayaan Lokal di Tengah Arus Modernisasi Digital

Cara Generasi Muda Memaknai Kebudayaan Lokal di Tengah Arus Modernisasi Digital

Pengamat hukum dan kebudayaan, R Jossy Belgradoputra mengikuti sebuah acara di Padepokan Bumi Ageung Saketi, Cibiru, yang diprakarsai oleh Abah Endjoem dan Ayah Dody, baru-baru ini.-Weradio.co.id-Swarga TV Cibiru Wetan

JAKARTA, Weradio.co.id - Pengamat hukum dan kebudayaan, R Jossy Belgradoputra, mengatakan, generasi muda harus memaknai kebudayaan lokal di tengah arus modernisasi digital.

“Di era yang serba cepat ini, jemari kita lebih akrab dengan layar sentuh telepon seluler, ketimbang memegang alat musik tradisional. Rasanya, mudah sekali kita terhanyut,” kata R Jossy Belgradoputra dalam keterangan resmi yang dibaca Weradio.co,id, Rabu, 16 Juli 2025. 

Arus modernisasi digital, menurut R Jossy Belgradoputra, bagaikan arus sungai yang deras, membawa serta segala kemudahan, informasi tak terbatas, dan tentu saja, budaya-budaya dari berbagai penjuru dunia. 

“Namun, di tengah hiruk pikuk ini, ada sebuah bisikan yang tak boleh kita abaikan, yakni kebudayaan lokal kita, warisan adiluhung yang kian terpinggirkan. Lalu, bagaimana kita bisa kembali memaknainya, apalagi untuk generasi muda,” ujar R Jossy Belgradoputra.

BACA JUGA:Alasan Lola Tung dan Nicholas Alexander Chavez Dicoret dari Film Terbaru I Know What You Did Last Summer

“Inspirasi itu datang begitu saja, seperti embun pagi yang menyegarkan, saat saya berkesempatan mengikuti sebuah acara di Padepokan Bumi Ageung Saketi, Cibiru, yang diprakarsai oleh Abah Endjoem dan Ayah Dody, baru-baru ini,” jelas R Jossy Belgradoputra. 

Di sana, R Jossy Belgradoputra merasakan langsung bagaimana kebudayaan lokal bukan sekadar sesuatu yang membosankan, melainkan sesuatu yang sakral, hidup, bernapas, dan bisa dirasakan. 

Suasana padepokan itu, dengan segala kesederhanaan dan nilai-nilai yang dijaga, seolah menjadi oase di tengah gurun digital.

“Kita sering berpikir, kebudayaan lokal itu kuno, tidak relevan dengan zaman now. Padahal, justru di sinilah letak kekuatannya,” ungkap R Jossy Belgradoputra.

BACA JUGA:Hore, Begini Cara Cek dan Link Dana PIP yang Sudah Cair di Juli 2025  

Ketika media sosial menawarkan identitas yang seragam, kebudayaan lokal justru menawarkan keaslian dan keunikan. Dia adalah akar yang menopang pohon identitas kita sebagai bangsa. Jika akar itu rapuh, bagaimana pohonnya bisa berdiri tegak menghadapi badai globalisasi?

Modernisasi digital memang tak bisa dihindari, pun tak perlu dimusuhi. Ia adalah alat, sebuah kanvas baru tempat untuk melukiskan kembali makna kebudayaan lokal. 

Bayangkan saja, jika tarian tradisional yang direkam dengan drone sinematik, lagu daerah yang diaransemen ulang dengan sentuhan elektronik modern dan viral di TikTok, atau cerita rakyat yang dianimasikan menjadi webtoon yang digemari anak muda. Teknologi seharusnya menjadi jembatan, bukan tembok pemisah.

Namun, memaknai kebudayaan lokal bukan hanya soal penampilan luar atau kemasan yang menarik. Lebih dari itu, memaknai kebudayaan lokal adalah tentang penghayatan nilai.